Makna Imlek bagi Buddhis

Makna Imlek bagi Buddhis

Sabbesaṁ Saṅghabhūtānaṁ Sāmaggi Vuḍḍhisādhikā
“Persatuan dalam kelompok akan memberi kesejahteraan dan kemajuan”
(Saṁyuttanikāya-Sagāthavagga)

Akhir Januari biasanya menjadi momen yang penting dan menggembirakan bagi masyarakat keturunan tionghoa karena menyambut datangnya tahun baru imlek. Tahun Baru Imlek, menurut tradisinya merupakan festival musim semi yang dilakukan untuk menyambut datangnya musim semi yang hangat dan kental dengan kehidupan, menggantikan musim dingin yang kelam dan beku.

Imlek merupakan salah satu tradisi masyarakat keturunan Tionghoa untuk menyambut tahun baru China / Chinese. Aslinya Imlek atau Sin Tjia adalah sebuah perayaan yang dilakukan oleh para petani di Tiongkok yang biasanya jatuh pada tanggal satu di bulan pertama di awal tahun baru Lunar (kalendar China). Perayaan ini berkaitan dengan pesta para petani untuk menyambut musim semi yang dimulai pada tanggal 30 bulan ke-12 dan berakhir pada tanggal 15 bulan pertama. Tujuan dari persembahyangan ini adalah sebagai wujud syukur dan doa harapan agar di tahun depan mendapat rezeki lebih banyak, untuk menjamu leluhur, dan sebagai sarana silaturahmi dengan kerabat dan tetangga.

Tradisi Imlek Dalam Sudut Pandang Agama Buddha merupakan tradisi yang dirayakan dengan cara berkumpul bersama-sama dengan sanak saudara, keluarga, kerabat dan sahabat tentu selaras dengan ajaran Buddha. Berkumpul bersama saling mendukung dan memberikan semangat antara satu dengan yang lain disebut sebagai kalyanamitta.

Khotbah Buddha dalam Sutta Pitaka, Anguttara Nikaya, Chakka Nipata, Saraniya Vagga, Saraniyadhamma Sutta (AN 6. 12) dijelaskan bahwa ada 6 (enam) hal yang membawa pada kerukunan. Enam hal tersebut adalah :

  1. Mettakaya kamma yang berarti menyebarkan cinta kasih melalui perbuatan.
  2. Mettavaci kamma yang artinya menyebarkan cinta kasih melalui ucapan.
  3. Mettamano kamma yang merupakan menyebarkan cinta kasih dari pikiran.
  4. Sadharanaboghi yang berarti selalu berbagi pada sesama.
  5. Silasamannata yang artinya menjalankan kehidupan bermoral, dan
  6. Ditthisamannata yang artinya memiliki pedoman pandangan benar yang sama.

Jika tradisi imlek ini terus dijaga disertai dengan memiliki pandangan benar yang sesuai dengan dhamma maka imlek mejadi momen yang akan selalu ditunggu kedatangannya karena bukan hanya sebagai ajang perayaan tetapi juga menjadi momen kumpul keluarga, baik bagi yang jauh maupun dekat.

Memaknai Imlek dengan Saṅghavatthu : Dāna (memberikan Angpao)adalah tradisi imlek sangat identik dengan Ang-Pao (Ang = Merah, Pao = Amplop/ bungkusan). Dengan kata lain, di dalam perayaan tahun baru imlek tentu didominasi oleh warna merah atau amplop merah (Angpao). Angpao yang biasanya berisikan sejumlah uang sebagai hadiah menyambut tahun baru Imlek. Tetapi angpao sebenarnya tidak hanya diberikan pada tahun baru Imlek saja karena angpao melambangkan kegembiraan dan semangat yang akan membawa nasib baik, sehingga angpao juga ada di acara-acara penting seperti pernikahan, ulang tahun, masuk rumah baru dan lain-lain yang bersifat suka cita. Piyavācā (ucapan yang baik dan halus) adalah ucapan yang menyenangkan di saat saling bertemu ketika menyambut hangat para tamu di hari Imlek. Ucapan yang penuh dengan pikiran cinta kasih dan kasih sayang serta ketulusan, kelembutan, cinta kasih dan tanpa menyakiti hati para sanak keluarga maupun para tamu yang berkunjung. Atthacariyā (melakukan hal yang bermanfaat) adalah melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi para tamu di saat Imlek, seperti menyiapkan tempat untuk duduk dan juga disertai dengan menjamu para tamu dengan aneka masakan dan makanan khas Imlek (berbagai macam kue; kue cina; dodol, jeruk mandarin; buah atap; agar-agar, dan sebagainya). Samānattatā (tidak sombong) adalah setelah melakukan sesuatu yang baik untuk menyambut para tamu maupun sanak keluarga kita di saat Imlek, hendaknya tetap menjaga diri agar tidak sombong. Dengan pikiran yang penuh dengan cinta kasih serta menghormati setiap orang dan setiap tamu yang datang sebagai bentuk kerendahan hati. Dengan demikian perayaan imlek adalah bentuk kegembiraan yang ada pada diri sendiri yang dikembangkan untuk orang lain.

Setiap tradisi akan mempunyai makna yang baik dan mendalam serta perlu untuk dijaga dan dilestarikan. Tradisi imlek selaras dengan Dhamma, mengembangkan pikiran baik dan berbagi kebahagiaan sebagai timbunan kebajikan. Memiliki pemahaman yang baik antara tradisi dengan pemahaman Dhamma menjadi penting agar tidak memiliki persepsi yang keliru. Tahun Baru Imlek adalah momen di mana seluruh keluarga berkumpul, berdoa dan menikmati kebersamaan dengan sanak keluarga.

Widya Dharma Palla, S.Pd. (Penyuluh Agama Buddha Nusa Tenggara Timur)

sumber :

Editor : Tim Buddha Wacana

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *